Oleh : TEGUH SUNARYO (Direktur DMI Primagama)
Hampir sebagian besar kita selalu ingin mengukir prestasi. Betapa senangnya disebut
sebagai orang yang berprestasi, dan betapa bangganya punya anak yang juga berprestasi.
Karena semua orang ingin berprestasi maka yang namanya prestasi haruslah diperjuangkan.
Semakin banyak orang yang ingin berprestasi maka semakin tinggi tingkat kompetisi.
Semakin tinggi tingkat kompetisi maka harus semakin tinggi dan gigih pula upaya
yang harus dilakukan. Sejauh manakah upaya kita selama ini dalam rangka menggapai
suatu prestasi ?
Ada konsep tiga P yaitu Potensi, Proses, Prestasi. Prestasi adalah performa seseorang
atas penguasaan sesuatu hal. Prestasi yang tinggi yang telah tercapai biasanya
disebut sebagai kesuksesan. Sukses adalah hal yang terbaik yang kita miliki. Kebanyakan
dari kita selalu menyamakan pengertian prestasi dengan potensi. Prestasi yang
tinggi bisa lebih mudah dicapai bila berpijak pada potensi yang tinggi pula. Pertanyaannya
adalah bagaimanakah seseorang bisa mengetahui potensi terbaik yang dimilikinya
? Biasanya adalah dilihat dari prestasi tinggi yang telah dimilikinya. Contohnya:
Anak saya pandai matematika, maka pasti ia berpotensi di bidang matematika; Anak
saya senang bermain musik, maka pasti anak saya berpotensi di bidang musik. Dalam
contoh pertama tersebut makna prestasi disamakan dengan makna potensi, sedangkan
pada contoh kedua makna kesenangan disamakan dengan makna potensi. Potensi adalah
suatu kondisi terawal yang dimiliki oleh seseorang. Kondisi terawal yang terbaik
yang dimiliki seseorang adalah bakat. Bakat sebagai potensi inherent sangatlah
baik untuk dijadikan dasar dan pijakan dalam rangka pencapaian prestasi.
Ada cara lain untuk mengetahui potensi seseorang disamping cara-cara identifikasi
melalui prestasi yang telah dimiliki selama ini. Cara tersebut sangat berguna
bagi mereka yang selama ini memang belum mampu menunjukkan prestasi unggulannya.
Sidik jari seseorang diciptakan oleh Tuhan pasti ada maksud dan tujuannya. Mengapa
kepolisian di seluruh dunia memakainya sebagai identifikasi seseorang ? Mengapa
presensi (daftar hadir) perkantoran memakainya ? Mengapa mobil mewah di negara
maju menggunakannya sebagai kunci ? Mengapa laptop sekarang ini menggunakan sebagai
pasword ? Setelah diteliti dan dicermati oleh para ahli, ditemukan bukti bahwa
: Pertama, sidik jari tidak pernah berubah. Kedua , tidak ada yang sama walau ia kembar sekalipun. Ketiga, hanya dimiliki oleh makhluk bernama manusia. Stelah dicermati dari ketiga hal
tersebut maka muncul pertanyaan: Apa yang membedakan manusia dengan yang bukan
manusia selain dari sidik jarinya. Salah satu jawabannya adalah otaknya. Dari
otak muncul kreatifitas, ide-ide cemerlang dan kualitas kecerdasan dan pemikiran
manusia. Puncak peradaban makhluk ada di manusia dan puncak peradaban manusia
ada di dalam otaknya. Pertanyaan berikutnya : Adakah hubungan otak manusia dengan
sidik jarinya ?
Marcello Malpighi (1686) Profesor Anatomi di Universitas Barcelona. Yang pertama kali mengobservasi sejarah sidik jari melalui mikroskop. John
E.Purkinje (1823) Profesor Anatomi di Universitas Breslau. Yang pertama kali mengklasifikasikan pola sidik jari kedalam sembilan sistem
kategori. Dr. Henry Fauld (1880) Rumah sakit Tsukji, Tokyo; artikel tentang Naturalis.
Mengusulkan pengambilan sidik jari dalam bidang kriminal. Sir Francis Galton (1892)
Antropolog; Sidik jari merupakan publikasinya yang menonjol. Jika Harold Cummins
adalah bapak dermatoglifika, Galton adalah penemu. Metode praktis pertama tentang
identifikasi sidik jari, menggunakan tata nama dasar (telapak, putaran, lingkaran).
Secara ilmiah menunjukkan permanensi sidik jari, penelitian tentang anak kembar
yang pertama. Berdasarkan statistiknya, probabilitas memiliki sidik jari yang sama persis adalah 1 : 64 milyar. Harold Cummins (1926) Yang pertama kali menciptakan kata Dermatoglifika; menemukan
bahwa kasus kromosom atau otak abnormal berhubungan dengan sidik jari yang tidak biasa. Pada usia 13 minggu sebagai embrio di dalam rahim, garis kulit mulai tampak dan kemudian lengkap
menjelang 21 sampai 24 minggu. Ini berkaitan dengan perkembangan otak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tahap prenatal, hubungan otak dengan sidik jari sangatlah jelas adanya. Sehingga untuk mengetahui
potensi otak seseorang, sidik jari bisa mewakili, tidak perlu melakukan bedah
otak secara fisik. Sedangkan pada tahap postnatal, aspek minat, intensitas dan kualitas pendidikan, proses interaksi dengan lingkungan,
sangatlah mempengaruhi capaian prestasi puncak seseorang. Sukses adalah kombinasi
optimal antara bakat. minat dan cara hidup yang sehat. Sudahkah anda mengenali
potensi anda ?
0 komentar:
Posting Komentar